Nasional

Menghidupkan Kearifan Lokal melalui Sumur Kultur: Inisiatif ITB untuk Ketahanan Air Bersih di Pulau Rinca

74
×

Menghidupkan Kearifan Lokal melalui Sumur Kultur: Inisiatif ITB untuk Ketahanan Air Bersih di Pulau Rinca

Sebarkan artikel ini

Manggarai Barat, NTT, Pwktvnews — Di tengah tantangan ketersediaan air bersih yang dihadapi masyarakat Pulau Rinca, Desa Pasir Panjang, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, harapan baru muncul melalui pembangunan Sumur Kultur. Inovasi pengelolaan air ini memadukan kearifan budaya lokal dengan pendekatan ekologis. Program ini merupakan bagian dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat oleh tim Kelompok Keahlian Literasi Budaya Visual, Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB, yang berkolaborasi dengan Kelompok Keahlian Petrologi, Volkanologi, dan Geokimia, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB. Kegiatan ini didanai oleh Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat dan Layanan Kepakaran (DPMK) ITB, didukung oleh Mind ID, serta bekerja sama dengan Wakaf Salman ITB.

Pulau Rinca yang termasuk dalam Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Labuan Bajo masih menghadapi keterbatasan akses air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Selama ini, masyarakat mengandalkan sumur gali sedalam 8–9 meter yang jumlahnya terbatas dan berlokasi jauh dari permukiman. Kekurangan air semakin terasa pada musim kemarau, sehingga warga terpaksa membeli air dari Labuan Bajo menggunakan jeriken yang diangkut dengan kapal. Dari kondisi tersebut, gagasan Sumur Kultur muncul sebagai solusi yang tidak hanya bersifat teknis, tetapi juga sosial dan kultural.

Menghidupkan Kearifan Lokal melalui Sumur Kultur: Inisiatif ITB untuk Ketahanan Air Bersih di Pulau Rinca

Program ini berangkat dari pemahaman bahwa air bukan sekadar sumber kehidupan, tetapi juga bagian dari identitas dan tradisi masyarakat setempat. Dalam proses pembangunan sumur, tim ITB yang diketuai oleh Dr. Tri Sulistyaningtyas, M.Hum., dengan anggota Dr. Eng. Ir. Very Susanto, M.T., Prof. Dr. Acep Iwan Saidi, M.Hum., Yani Suryani, M.Hum., dan Harifa Ali Albar Siregar, Ph.D., melibatkan masyarakat mulai dari diskusi, penentuan lokasi, pembangunan, hingga proses memaknai kembali hubungan antara manusia dan alam—terutama karena Pulau Rinca merupakan habitat asli komodo.

 

See Also

 

“Sumur Kultur tidak hanya menyelesaikan persoalan ketersediaan air, tetapi juga mengajak masyarakat untuk melihat kembali warisan budaya dalam bermasyarakat,” ujar Dr. Tri Sulistyaningtyas, M.Hum. Pendekatan ini diyakini mampu memperkuat rasa memiliki masyarakat terhadap infrastruktur yang dibangun sehingga keberlanjutan dan pemeliharaannya dapat terjamin.

Pembangunan Sumur Kultur menjadi bukti bahwa pengabdian masyarakat ITB tidak hanya berfokus pada teknologi modern, tetapi juga pada penguatan nilai, budaya, serta kolaborasi lintas pihak. Dukungan Mind ID sebagai sponsor dan Wakaf Salman ITB sebagai mitra memperlihatkan sinergi multilembaga yang efektif untuk pemberdayaan wilayah 3T.

Menghidupkan Kearifan Lokal melalui Sumur Kultur: Inisiatif ITB untuk Ketahanan Air Bersih di Pulau Rinca

Warga Desa Pasir Panjang menyambut baik program ini. Bagi mereka, sumur tersebut bukan hanya sarana pengambilan air, tetapi juga ruang pembelajaran bersama untuk memahami alam dan kehidupan sosial secara lebih bijaksana. Selain memenuhi kebutuhan harian, keberadaan sumur ini turut mendukung aktivitas pariwisata berbasis komunitas, mengingat banyak warga yang bekerja sebagai pemandu wisata di Pulau Rinca.

Dengan hadirnya Sumur Kultur, Desa Pasir Panjang kini memiliki infrastruktur air yang lebih berkelanjutan sekaligus memperkuat hubungan masyarakat dengan kearifan lokal yang telah lama menjadi bagian penting kehidupan mereka. Program ini menjadi contoh nyata bagaimana perguruan tinggi dapat berperan dalam menciptakan solusi berbasis budaya untuk menghadapi tantangan lingkungan di Indonesia.

Sumber : Coach Addie

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *